Sekolah Menulis Online

Sekolah-Menulis Online

Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat

Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat

Rabu, 14 Juli 2010

Transendensi kreatif dalam cinta

Apakah ada bedanya hanya diam menunggu
dengan memburu bayang-bayang? Sama-sama kosong
Kucoba tuang ke dalam kanvas
dengan garis dan warna-warni yang aku rindui

Apakah ada bedanya bila mata terpejam?
Fikiran jauh mengembara, menembus batas langit
Cintamu telah membakar jiwaku
Harum aroma tubuhmu menyumbat kepala dan fikiranku

Di bumi yang berputar pasti ada gejolak
Ikuti saja iramanya, isi dengan rasa
Di menara langit halilintar bersabung
Aku merasa tak terlindung, terbakar kegetiran
Cinta yang kuberi sepenuh hatiku
Entah yang kuterima aku tak peduli,
aku tak peduli, aku tak peduli

Apakah ada bedanya ketika kita bertemu
dengan saat kita berpisah? Sama-sama nikmat
Tinggal bagaimana kita menghayati
di belahan jiwa yang mana kita sembunyikan
dada yang terluka, duka yang tersayat, rasa yang terluka


Sahabat,

pernahkah engkau terluka oleh cinta
terluka oleh sesuatu yang lebih indah daripada terbitnya mentari pagi
namun lebih mengerikan dari letusan gunung berapi

Cinta, dia memang unik, memang aneh
lebih halus dan lembut daripada sutera
namun lebih kuat dan lebih keras daripada baja

Rasa cinta adalah energi yang dahsyat. Kehampaan jiwa adalah suatu yang tidak bisa dihindari saat tiada bersama dengan yang dicintai. Cinta bagaikan pemantik api yang menyalakan bahan bakar kreatifitas. Ratusan ribu bahkan jutaan judul lagu dan bait puisi tercipta karena cinta. Buku-buku sarat makna terlahir dari tangan para penulis yang jiwanya terbakar api cinta. Namun, entah berapa banyak pula perang dan konflik tercipta karena cinta. Baik cinta antar anak manusia ataupun cinta pada negara dan bangsa.

Sesungguhnya, rasa sakit karena luka itu adalah pertanda akan kebutuhanmu akan transendensi. Transendensi berarti melampaui status makhluk ciptaan yang pasif dan secara kreatif mengatasi permasalahan yang dihadapi, termasuk kegagalan cinta tersebut. (Erich Fromm, The Sane Society, 1955 page 41) Rasa sakit itu akan tetap menyiksa sampai kebutuhan itu terpenuhi, sebagaimana rasa lapar dipenuhi dengan makan dan rasa haus dihilangkan dengan minum. Bisa dibilang, kreatifitas adalah syarat mutlak dari kemampuan seseorang untuk transendensi.

Kreatifitas berasal dari akar kata yang sama dengan kata "to create" atau menciptakan. Kreatifitas adalah suatu kekuatan yang berbahan bakar emosi yang ditampung dalam tangki bahan bakar bernama kesabaran. Kreatifitas tanpa kesabaran bagaikan minyak atau bensin yang terhamburkan, siap meledak setiap saat. Bukanlah ciptaan bermanfaat yang dihasilkan namun malah kerusakan dan kehancuran yang terjadi. Sementara kreatifitas tanpa emosi bagai mesin dengan tangki bahan bakar yang kosong melompong, tidak ada daya untuk menghasilkan apapun jua. Dalam film Enter The Dragon, Bruce Lee menasihati seorang muridnya saat latihan. "I said Emotional Content, not Anger" kata sang Master.

Kreatifitas berarti juga keberanian untuk meninggalkan zona nyaman kita. Untuk menjadi kreatif, mau tidak mau kita harus melakukan petualangan menuju wilayah yang sama sekali tidak kita ketahui. Wilayah yang dipenuhi ketidak pastian dan tantangan bahkan marabahaya. Seperti mendaki menara langit dalam badai halilintar yang menggelegar atau mengarungi samudra luas yang seakan tak bertepi.

Ebiet G. Ade dalam lagunya "Apakah ada bedanya" menggambarkan pendakian menuju transendensi itu sebagai "Menara Langit". Ketika sang pencinta meningkatkan level eksistensi dirinya, dari eksistensi materi, eksistensi energi hingga eksistensi jiwa. Pendakian itu bagai menaiki menara yang menjulang tinggi ke langit, di tengah badai yang dahsyat dan petir yang sambar menyambar. Pada bait-bait awal lagu, sang pencinta masih pada level eksistensi materi, hanya tertarik pada kondisi fisik yang dia cintai. Walaupun kreatifitas sudah mulai tercipta, salah satunya dengan menuangkan apa yang dia rasakan ke dalam kanvas, ego sang pencinta terlihat masih dominan. Dia masih dikuasai kebingungan dan kesedihan saat tiada bersama kekasihnya.

Pada akhirnya, sang pencinta mengambil keputusan untuk mendaki menara langit transendensi dirinya, berbekal kreatifitas, emosi dan kesabaran. Perlahan namun pasti dia mulai merasakan dirinya tiada terpisahkan secara energi dengan orang lain dan bahkan alam semesta. Pada akhirnya dia merasakan tiada lagi perbedaan antara pertemuan dan perpisahan, sama sama nikmat. Sama-sama menenteramkan jiwa sang pencinta yang sudah mengalami transendensi secara kreatif.

Semoga bermanfaat

Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar