Sekolah Menulis Online

Sekolah-Menulis Online

Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat

Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat

Rabu, 14 Juli 2010

Menulislah dengan cinta

menulislah dengan cinta
tulislah apa yang kau rasakan
jangan perdulikan segala kekakuan aturan
jangan takut berbuat kesalahan

menulislah dengan cinta
cinta yang kau rasakan
cinta yang kau inginkan
cinta yang engkau cita-citakan

menulislah dengan cinta
biarkan media yang rindu
curahan dari hatimu
terpuaskan bagai tersiram air danau biru

menulislah dengan cinta
biarkan cinta memenuhi kertas tulismu
biarkan jari jemarimu menari beradu
mengekspresikan dalamnya perasaanmu

menulislah dengan cinta
biarkan para pembaca tulisanmu
merasakan lepasnya dahaga yang mengharu biru
kehidupan yang penuh deru dan debu

menulislah dengan cinta
biarkan cinta menghangatkanmu
mencairkan kebekuan hatimu
yang lama sudah keras membatu

menulislah dengan cinta
biarkan energi cinta yang tersimpan di hatimu
memancar dan menghangatkan pembaca tulisanmu
sehingga memberi mereka kehidupan baru

Semoga bermanfaat,
Jakarta 24 Februari 2010

Share

Cinta lelaki sejati

Cinta lelaki sejati
bukan hanya menemukan masalah menemukan objek yang dicintai
bukan sekedar hasrat menggebu saat bertemu pertama kali
bukan pula sebuah obsesi yang membuatnya buta mata buta hati
bukan pula yang membuatnya tergila-gila hingga lupa diri

Cinta lelaki sejati
adalah suatu jenis seni
yang hanya dapat dilakukan karena dipahami
oleh seorang pencinta sejati
yang benar-benar memahami SENI MENCINTAI

Cinta lelaki sejati
bukanlah perasaan lemah yang menuntut kepuasan dan dipahami
namun lebih merupakan kekuatan sejati
yang siap menerima dan memahami
serta lebih banyak berkorban dan memberi

Cinta lelaki sejati
adalah cinta yang memberi karena peduli
adalah cinta yang peduli karena rasa tanggung jawab pada yang dicintai
tanggung jawab yang diimbangi penghormatan
dan penghormatan yang timbul karena dalamnya pengetahuan

Cinta Lelaki sejati
bagai butir intan permata
diantara arang dan batu bara
walau terbuat buat dari bahan yang sama
namun sangat berbeda cara mengolahnya

Cinta lelaki sejati
adalah benteng kukuh dan rumah yang nyaman untuk ditinggali
untuk ksejehtraaan orang yang dicintai
bukan pasir penghisap yang menelan yang dicintai
dalam lautan obsesi gila tak bertepi

Cinta lelaki sejati
adalah cinta yang menyatukannya dengan yang dicintai
dengan tetap menunjung tinggi integeritas pribadi
bukan cinta yang membuatnya terasing dari yang dicintai
dari sesama manusia, dari kehidupan dan dirinya sendiri

Cinta lelaki sejati
bagai bahtera Nabi Nuh penyelamat dalam banjir
bukanlah rakit rapuh penuh kebocoran
yang tidak mungkin selamat sampai ke pantai tujuan

Cinta lelaki sejati
adalah cinta yang membuat sang pencinta berkata
setengah bersumpah

aku mencintaimu dalam diri semua manusia
aku mencintaimu dalam diri semua yang hidup
dan aku mencintaimu dalam diriku sendiri


(If I can say to somebody else, "I love you," I must be able to say, "I love in you everybody, I love through you the world, I love in you also myself.")
Erich Fromm, The Art of Loving

Cinta lelaki sejati
adalah cinta yang membuatnya
mencintai Rabb-nya sepenuh hati
memberkahi sesama manusia tanpa pamrih
serta terus meningkatkan kualitas diri

Inspired by:

The Art of Loving - Erich Fromm

SEFT - Ahmad Faiz Zainuddin

Notes yang ini

Ringkasan The Art of Loving

Share

Transendensi kreatif dalam cinta

Apakah ada bedanya hanya diam menunggu
dengan memburu bayang-bayang? Sama-sama kosong
Kucoba tuang ke dalam kanvas
dengan garis dan warna-warni yang aku rindui

Apakah ada bedanya bila mata terpejam?
Fikiran jauh mengembara, menembus batas langit
Cintamu telah membakar jiwaku
Harum aroma tubuhmu menyumbat kepala dan fikiranku

Di bumi yang berputar pasti ada gejolak
Ikuti saja iramanya, isi dengan rasa
Di menara langit halilintar bersabung
Aku merasa tak terlindung, terbakar kegetiran
Cinta yang kuberi sepenuh hatiku
Entah yang kuterima aku tak peduli,
aku tak peduli, aku tak peduli

Apakah ada bedanya ketika kita bertemu
dengan saat kita berpisah? Sama-sama nikmat
Tinggal bagaimana kita menghayati
di belahan jiwa yang mana kita sembunyikan
dada yang terluka, duka yang tersayat, rasa yang terluka


Sahabat,

pernahkah engkau terluka oleh cinta
terluka oleh sesuatu yang lebih indah daripada terbitnya mentari pagi
namun lebih mengerikan dari letusan gunung berapi

Cinta, dia memang unik, memang aneh
lebih halus dan lembut daripada sutera
namun lebih kuat dan lebih keras daripada baja

Rasa cinta adalah energi yang dahsyat. Kehampaan jiwa adalah suatu yang tidak bisa dihindari saat tiada bersama dengan yang dicintai. Cinta bagaikan pemantik api yang menyalakan bahan bakar kreatifitas. Ratusan ribu bahkan jutaan judul lagu dan bait puisi tercipta karena cinta. Buku-buku sarat makna terlahir dari tangan para penulis yang jiwanya terbakar api cinta. Namun, entah berapa banyak pula perang dan konflik tercipta karena cinta. Baik cinta antar anak manusia ataupun cinta pada negara dan bangsa.

Sesungguhnya, rasa sakit karena luka itu adalah pertanda akan kebutuhanmu akan transendensi. Transendensi berarti melampaui status makhluk ciptaan yang pasif dan secara kreatif mengatasi permasalahan yang dihadapi, termasuk kegagalan cinta tersebut. (Erich Fromm, The Sane Society, 1955 page 41) Rasa sakit itu akan tetap menyiksa sampai kebutuhan itu terpenuhi, sebagaimana rasa lapar dipenuhi dengan makan dan rasa haus dihilangkan dengan minum. Bisa dibilang, kreatifitas adalah syarat mutlak dari kemampuan seseorang untuk transendensi.

Kreatifitas berasal dari akar kata yang sama dengan kata "to create" atau menciptakan. Kreatifitas adalah suatu kekuatan yang berbahan bakar emosi yang ditampung dalam tangki bahan bakar bernama kesabaran. Kreatifitas tanpa kesabaran bagaikan minyak atau bensin yang terhamburkan, siap meledak setiap saat. Bukanlah ciptaan bermanfaat yang dihasilkan namun malah kerusakan dan kehancuran yang terjadi. Sementara kreatifitas tanpa emosi bagai mesin dengan tangki bahan bakar yang kosong melompong, tidak ada daya untuk menghasilkan apapun jua. Dalam film Enter The Dragon, Bruce Lee menasihati seorang muridnya saat latihan. "I said Emotional Content, not Anger" kata sang Master.

Kreatifitas berarti juga keberanian untuk meninggalkan zona nyaman kita. Untuk menjadi kreatif, mau tidak mau kita harus melakukan petualangan menuju wilayah yang sama sekali tidak kita ketahui. Wilayah yang dipenuhi ketidak pastian dan tantangan bahkan marabahaya. Seperti mendaki menara langit dalam badai halilintar yang menggelegar atau mengarungi samudra luas yang seakan tak bertepi.

Ebiet G. Ade dalam lagunya "Apakah ada bedanya" menggambarkan pendakian menuju transendensi itu sebagai "Menara Langit". Ketika sang pencinta meningkatkan level eksistensi dirinya, dari eksistensi materi, eksistensi energi hingga eksistensi jiwa. Pendakian itu bagai menaiki menara yang menjulang tinggi ke langit, di tengah badai yang dahsyat dan petir yang sambar menyambar. Pada bait-bait awal lagu, sang pencinta masih pada level eksistensi materi, hanya tertarik pada kondisi fisik yang dia cintai. Walaupun kreatifitas sudah mulai tercipta, salah satunya dengan menuangkan apa yang dia rasakan ke dalam kanvas, ego sang pencinta terlihat masih dominan. Dia masih dikuasai kebingungan dan kesedihan saat tiada bersama kekasihnya.

Pada akhirnya, sang pencinta mengambil keputusan untuk mendaki menara langit transendensi dirinya, berbekal kreatifitas, emosi dan kesabaran. Perlahan namun pasti dia mulai merasakan dirinya tiada terpisahkan secara energi dengan orang lain dan bahkan alam semesta. Pada akhirnya dia merasakan tiada lagi perbedaan antara pertemuan dan perpisahan, sama sama nikmat. Sama-sama menenteramkan jiwa sang pencinta yang sudah mengalami transendensi secara kreatif.

Semoga bermanfaat

Share

Selasa, 13 Juli 2010

Cinta dan Sensasi

Bukanlah dirimu yang kucintai
namun, sensasi yang kurasakan saat mencintai engkau

"Kisah pemakaman si Kura-kura" dalam buku "Doa sang Katak"
Anthony De Mello SJ

Ketika seorang pemuda menyatakan cintanya pada seorang gadis dan sang gadis berkenan akan cinta tersebut, sejuta angan dan impian melayang bagai menari di atas awan. Pesta pernikahan impian ala dongeng-dongeng pengantar tidur anak-anak pun diselenggarakan. Bahkan kalau selama perlu 40 hari 40 malam. Suatu keajaiban yang didamba banyak manusia di dunia ini.

Namun, perlahan tapi pasti, cepat atau lambat, masa sulit itu akan datang. Terkadang kedua mempelai yang sudah menjadi suami istri tidak menyadari betapa besar tanggung jawab yang harus diemban. Sensasi indah senandung tujuh puluh bidadari seakan tak terdengar lagi, berganti jeritan lolongan serigala di malam bulan purnama. Sosok indah putri cantik dan sosok pangeran tampan dari negeri antah berantah seakan tiada lagi, berganti dengan sosok-sosok sipir penjara bertampang angker dan tidak bersahabat. Istana Negeri Dongeng yang penuh alunan kebahagiaan telah berubah menjadi penjara bawah tanah yang gelap, suram dan menyeramkan. Cinta yang tadinya indah berbunga-bunga kini bagai bukit pasir nan tandus tak bermakna. They are no longer live happily ever after.

Sebenarnya, kesalahan apakah yang sedang terjadi? Mengapa keintiman dan gairah membara yang ditunjukkan pada saat hubungan terjadi seakan redup begitu saja bagai lilin padam ditiup angin malam yang dingin?

Banyak orang salah mengartikan cinta. Kekaguman dan sensasi gairah pada awal pertemuan dianggap sebagai besarnya rasa cinta. Mereka hanya mengartikan cinta sebagai suatu hubungan transaksional yang saling menguntungkan bagi kepentingan sesaat semata. Bukan menganggap cinta sebagai suatu kekuatan sinergi yang memberdayakan perubahan dan perkembangan positif dalam diri mereka dalam jangka panjang. Mereka hanya menginginkan cinta sebagai anugerah, bukan sebagai amanah.

Sensasi dalam cinta terdiri dari Keintiman (intimacy) dan gairah (passion). Kedua hal tersebut, menurut Robert Sternberg, memang bagian dari cinta. Bahkan, kedua hal itulah yang paling banyak dicari orang dalam cinta. Namun, ada satu komponen lain yang terlupakan namun penting untuk membuat cinta itu menjadi lengkap dan bermakna. Komponen itu bernama Komitmen (commitment). Komitmen adalah harga yang harus dibayar untuk mendapatkan keintiman dan gairah dari cinta tersebut. Tanpa komitmen, cinta bagaikan hidangan lezat tanpa wadah yang memadai. Seperti tabungan yang selalu diambil dan diambil tanpa ada penyetoran kembali, sehingga berapapun banyaknya akan habis tak bersisa. Pencinta yang hanya mengingkan keintiman dan gairah namun tanpa komitmen akan cepat merasa bosan. Dia akan segera meninggalkan pasangannya demi sensasi keintiman dan gairah yang dianggapnya sebagai cinta sejati.

Cinta bukanlah petualangan maut ala Cassanova. Cinta bukan pula pasukan Nomaden yang merampok, memperkosa dan membumihanguskan kota demi kota sebagaimana dilakukan pasukan penyembah berhala seperti Viking, Mongol di masa Jenghis Khan atau kaum barbar yang dipimpin Atilla The Hun. Cinta bukan pula kesombongan sebagaimana kaum pagan membangun menara Babel yang dibangun untuk menembus langit.

Cinta adalah proses pembangunan yang dilakukan dengan penuh komitmen dan keharuan sebagaimana Nabi Ibrahim dan Ismail membangun Ka'bah. Sebagaimana Rasulullah SAW membangun jiwa para sahabat beliau sehingga mereka menjadi generasi terbaik yang pernah ada di muka bumi ini, demikian itulah cinta. Cinta yang sejati dan lengkap hanya datang pada mereka yang mempersiapkan wadah yang kuat, bersih dan harum untuk bisa menampungnya.

Bagi orang dewasa cinta sudah menjadi kata kerja, artinya ‘cinta’ itu mewujud dalam bentuk aksi nyata yang dilakukan tanpa berpamrih, layaknya seorang ibu yang mencintai anaknya akan
terbangun ditengah malam buta untuk membuatkan susu untuk anaknya. Wujud aksi nyata itulah wadah yang kokoh, bersih dan harum. Semua orang ingin dicintai orang yang memiliki cinta seperti itu. Namun sayangnya, sedikit sekali orang yang mau mempersiapkan wadah cinta tersebut.


Be a man worthy of love, and love will come to you someday, Insya Allah.

Semoga bermanfaat

Obsesi berkedok Cinta


Malam itu, bulan bersinar pucat seakan memandang penuh kepedihan pada dunia yang penuh dosa dan kekejaman. Seperti menangisi bumi yang dikotori darah orang-orang yang tak berdosa selama berabad-abad.

Perempuan itu berjalan tergesa-gesa, menembus gelapnya gang-gang yang sepi. Tidak ada orang, hanya kegelapan yang mencekam.

Tiba-tiba, saat berjalan di dekat rel kereta yang penuh semak-semak, dia seperti mendengar langkah kaki beberapa orang di belakangnya. Perempuan itu mempercepat langkahnya, berharap bisa segera berada di tempat yang aman.

Namun terlambat, dia sudah terkepung. Beberapa lelaki berjaket warna gelap sudah mengerubunginya. Suara logam dari pisau lipat yang mereka bawa terdengar menambah kengerian malam itu. Para lelaki itu tidak berkata apa-apa, namun dari yang tersirat dari gerak-gerik mereka sudah cukup untuk menyampaikan niat jahat yang tersembunyi.

Tiba-tiba ... diantara beberapa lelaki itu, dia melihat seraut wajah yang dia kenali. Seraut wajah yang sangat dia benci, dari seseorang yang sudah lama terobsesi untuk mendapatkannya.

"Kamu!!!" katanya terkejut, dengan kemarahan bercampur rasa takut. Perempuan itu tidak menyangka bahwa lelaki itu akan berbuat senekat ini.

"Iya, sayang, ini aku" kata lelaki tersebut dengan senyum menyeringai bak serigala. "Kan aku sudah bilang kita akan bertemu lagi" Lelaki tersebut mengejek penuh rasa puas.

Kerumunan binatang berwujud manusia itu makin mendekat, bau rokok dan alkohol tercium menyengat dari tubuh-tubuh mereka.

tidak lama kemudian, seiring dengan jerit putus asa yang melenking, ... yang tertelan gelap malam

Setelah itu ... malam sunyi pun kembali senyap .... seakan tidak pernah terjadi apa-apa

Keesokan harinya, koran-koran pun memberitakan kematian seorang perempuan di dekat rel kereta. Mungkin tanpa pernah bisa diketahui apa yang sebenarnya terjadi di balik semua peristiwa terkutuk malam itu.

Sahabat,

ilustrasi di atas adalah salah satu bentuk kejahatan yang bisa terjadi akibat obsesi berkedok cinta. Seorang pecinta yang sudah terobsesi dengan yang dia inginkan sudah tidak lagi bisa menggunakan akal sehatnya.

Cinta tentu tidak sama dengan obsesi walaupun obsesi bisa saja berkedok cinta. Apabila kesucian cinta sudah ternodai oleh obesesi, maka cinta itu tidak layak lagi disebut cinta.

Dalam Confusing Love with Obsession, John D. Moore, MS, CADC menjelaskan 4 tahap obsesi yang disebut Obsessive Love Wheel:

Tahap attraction atau ketertarikan:

Pada tahap awal ini, si pencinta merasakan ketertarikan yang sangat kuat pada orang yang dicintai. sang pencinta seakan tidak peduli pada adanya kemungkinan ketidakcocokan yang ada. Tahap ini sering kali disalah artikan sebagai "cinta pada pandangan pertama"

Tahap anxiety atau kecemasan:

Pada tahap ini, sang pencinta merasakan hidupnya hampa, ketakutan akan kehilangan orang yang dicintai mencekam tanpa ampun.

Tahap Obession atau obsesi:

Pada tahap ini, rasa kecemasan dan rasa takut ditinggalkan makin menjadi-jadi. Terkadang si pencinta yang sedang tergila-gila itu mondar mandir tanpa tujuan di dekat tempat kerja atau kuliah dari orang yang dia incar. Atau sekedar menikmati suasana tempat-tempat yang berkesan dan pernah dihadiri oleh orang yang dia incar.

Tahap Destruction atau kehancuran:

Pada tahap Destruction atau kehancuran, sang pencinta tidak lagi bisa mempergunakan akal sehatnya. Hawa nafsu bercampur gejolak emosi sudah mencapai puncak kegilaannya sehingga tidak lagi peduli pada apapun resiko yang dihadapi. Salah satu contoh kegilaan tersebut adalah kejahatan yang diceritakan pada awal tulisan ini. Bisa jadi, inilah yang oleh Erich Fromm sebagai unlived life yang dia sebut sebagai sumber dari segala kecenderungan untuk menghancurkan atau destructiveness.

"Destructiveness is the outcome of unlived life"

Cinta berkedok obsesi bisa membawa konsekwensi mengerikan. Mereka yang memiliki kekuatan, baik fisik ataupun finansial, bisa saja berbuat zalim terhadap orang lain, apalagi yang dia obsesikan. Namun, mereka yang lemah masih bisa berbuat zalim terhadap dirinya sendiri, dalam bentuk menyakiti diri ataupun bunuh diri. Kasus John Hinckley bisa menjadi salah satu contoh. John sangat terobsesi pada artis Jodie Foster sehingga dia sampai nekat berusaha membunuh Presiden Amerika Serikat waktu itu, Ronald Reagan.

Erich Fromm dalam the Art of Loving mengatakan bahwa cinta hakikatnya memberi dan memahami. Cinta yang benar akan menghasilkan kepedulian dan respon pada kebutuhan yang dicintai, dengan penuh rasa tanggung jawab dan penghormatan, disertai pengetahuan yang mendalam tentang yang dicintai itu. Cinta pada dasarnya adalah memberi bukan menerima, memahami bukan minta dipahami, berkorban bukan mengorbankan.

Sedangkan obsesi hakikatnya adalah keinginan untuk menguasai, bahkan cenderung pada sadisme. Erich Fromm mendefinisikan sadisme dengan "a passion to have an absolute and unrestricted control over a living being, an animal, a child, a woman or a man" (suatu hasrat untuk menguasai dan mengendalikan suatu makhluk hidup, seperti seekor binatang, seorang anak kecil, seorang wanita atau pria, secara absolut dan tanpa batas)" - dari The Anatomy of Human Destructiveness.

Cinta adalah warisan para Nabi dan orang-orang shaleh, sementara obsesi adalah warisan Iblis dan para tyrant atau diktator seperti Fir'aun, Namrudz, Hitler, Mussolini, Stalin dan sebagainya

Obsesi bisa saja berselubung cinta, namun hakikatnya bukan cinta. Bila seseorang mengaku cinta tetapi terus menerus mengejar orang yang dia "cintai" itu, maka itu bukan cinta tetapi obsesi.

Terkadang, kepada siapa seseorang bisa terobsesi sulit untuk diketahui. Akal dan logika seakan tak berdaya bagaikan ksatria yang patah pedangnya. Emosi dan hawa nafsu seakan berkoalasi menguasai ibu kota kerajaan tubuh bernama Hati/Qalbu. Dan Iblis serta anak buahnya pun tertawa terbahak-bahak, menanti pertemuan akbar dengan para pendosa di Neraka.

Ternyata, hikmah menundukkan pandangan bukan hanya agar manusia terhindar dari dosa. Lebih dari itu, menjaga pandangan dan membersihkan jiwa adalah cara-cara yang disyariatkan oleh Islam untuk menjaga ketentramaan dan ketertiban hidup manusia secara keseluruhan.

Firman Allah dalam surat An-Nur : 30

"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman : "Hendaklah mereka menahan pandangannya"

Sesungguhnya, kekasihmu ada dalam diri setiap orang dan engkau selalu bisa berbuat baik pada kekasihmu melalui diri setiap orang.

Kalau kukatakan, aku cinta padamu,” sumpah yang kunyatakan, “aku mencintai kemanusiaan yang ada padamu, semua kehidupan serta diriku yang ada dan hidup padamu.” (Erich Fromm)


Referensi:

The Anatomy of Human Destructiveness - Erich Fromm
The Art of Loving - Erich Fromm
Anatomi Cinta - Komunitas Bambu

Situs:

http://www.apocatastasis.net/OccultLibrary/Art-of-Loving-Erich-Fromm.html

http://www.enotalone.com/article/2499.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Obsessive_love

Cinta, antara keteraturan dan kebebasan





Erich Fromm mengatakan bahwa orang yang Necrophilous adalah orang2 yang lebih tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan kematian. Mereka adalah orang yang lebih tertarik pada masa lalu daripada masa depan. Masa lalu yang telah mati tertelan waktu, diharapkan kembali lagi. Kebutuhan psikologis akan kepastian sangat besar pada orang-orang seperti ini. Mereka sangat takut pada kehidupan karena kehidupan berada di luar kontrol mereka. Kehidupan adalah sesuatu yang dinamis penuh perkembangan dan perubahan.

Mungkin necrophilous sama dengan death instink Freud, berlaku pada orang-orang yang menginginkan kepastian dan keteraturan yang extreme sehingga menjadi kaku dalam kehidupan.

Cinta sejati tidak bisa tumbuh dalam lingkungan yang penuh kekakuan seperti itu. Cinta seperti tumbuhan yang hanya bisa tumbuh di lingkungan yang sesuai, di tanah yang gembur. Hati orang2 necrophilous bagaikan tanah keras yang membatu, tidak bisa ditembus pohon bernama cinta. Pohon cinta akan mati karena kekurangan nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangannya.

di suatu daerah, para penduduknya memiliki kebiasaan unik. Apabila mereka hendak menebang pohon, mereka meneriaki pohon tersebut dengan kata2 makian. Setelah beberapa lama diteraiki terus menerus, pohon itu mulai meranggas dan mati sehingga mudah ditebang. cinta yang terus menerus dimonitor, diawasi, dikendalikan tanpa diberi ruang dan kepercayaan sedikitpun mirip pohon tersebut. Dia akan meranggas dan mati perlahan-lahan, setelah itu tinggal ditebang. Peraturan tetap diperlukan namun keteraturan yang mekanis akan membunuh cinta. Kebabasan yang kebablasan juga mengandung bahayanya sendiri

Cinta memberi ruang yang cukup bagi masing-masing pencinta untuk tumbuh berkembang sseuai dengan keinginan masing-masing tanpa mengintervensi terlampau jauh. Namun, cinta juga memberi ikatan yang cukup kuat untuk menyatukan kedua pencinta sehingga kebutuhan akan keterhubungan tetap bisa terpenuhi.

Kebutuhan akan keterhubungan mungkin merupakan salah satu kebutuhan paling mendasar dan paling kuat yang ada pada manusia. Kegagalan memenuhi kebutuhan ini menyebabkan manusia terasing atau teralienasi. Orang gila adalah orang yang benar2 teraliensi dari kehidupan manusia yang lain.

Kebutuhan itu bisa dipenuhi dengan cara menguasai, dikuasai atau cinta. Saat seseroang memenuhi kebutuhan keterhubungannya dengan cara menguasai orang yang dicintai, dia menjadi orang yang sadist. sEbaliknya, jika dia membiarkan dirinya dikuasai, maka dia menjadi seorang yang masochist. Cinta sejati tidaklah menguasai atau dikuasai, melainkan menghubungkan sang pencinta dengan yang dicintai dengan tetap mempertahankan integritas dan keterpisahan serta keunikan masing-masing. Cinta sejati memberi ruang yang cukup untuk kebebasan masing-masing dengan tetap mempertahankan terpenuhinya kebutuhan akan keterhubungan itu sendiri.

Citna sejati, atau dalam istilah Fromm, cinta produktif memiliki 4 karakteristik,

karakter aktif:

kepedulian
tanggung jawab

karakter pasif

rasa hormat
pengetahuan

Kebebasan dalam tingkat tertentu diperlukan untuk pertumbuhan masing-masing pencinta. Kebebasan itu disertai dan dibatasi oleh tanggung jawab dan kepercayaan. Adalah kewajiban masing-masing pencinta untuk bertanggungjawab menjaga kepercayaan itu. Cinta bagaikan sebatang pohon yang harus dirawat oleh kedua pencinta dengan kerja sama yang sinergis. Keinginan memiliki atau menguasai hanya akan menghasilkan keteraturan mekanis yang berlebihan. Keteraturan berlebihan itu akan membunuh cinta itu sendiri. Keinginan menguasai orang yang dicintai menyebabkan sang pencinta lupa merawat cinta itu sendiri, bagaikan pohon yang lupa disiram dan dirawat hingga akhirnya mati dan meranggas.

Keinginan mengusai yang menghasilkan Keteraturan mekanis yang berlebihan hanya akan membunuh cinta itu sedikit demi sedikit sampai akhirnya habis tak bersisa sama sekali.

Bahasa cinta masochist mengatakan: aku adalah hambamu, keinginanmu adalah perintah bagiku, your wishes are my commands.

Bahasa cinta sadist
mengatakan: aku adalah rajamu, tuanmu, penguasamu, engkau tak lebih dari sekedar benda yang bisa aku mainankan sekehendak hatiku

Baik cinta sadist atau masochist memiliki persamaan yaitu: Fusion without integrity. Keduanya, baik Masochist maupun sadist, saling membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan akan kesatuan dan keterhubungan. Namun, keduanya tidak menghargai keunikan dan integritas masing-masing pasangan.

Bahasa cinta mengatakan: aku dan kau adalah satu, aku dan kau saling peduli dan saling bertanggung jawab satu sama lain. Aku dan kau saling menghormati keunikan dan integritas masing-masing. Aku dan kau saling mengenal, saling mengetahui secara mendalam.

Kebebasan yang tidak diimbangi dengan disipilin diri hanya akan menghasilkan jiwa yang lemah. Jiwa lemah itu pada akhirnya akan menghancurkan karakter dan kompetensi seseorang sehingga memberinya batasan baru yang lebih menekan dan menghancurkan.

Cinta membutuhkan ruang bebas yang cukup untuk tumbuh dan berkembang. Namun, cinta juga butuh disiplin yang sesuai, agar dapat tumbuh tanpa terlalu banyak gangguan dan godaan.