Sekolah Menulis Online

Sekolah-Menulis Online

Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat

Cara Dahsyat Menjadi Penulis Hebat

Senin, 28 September 2009

Memaafkan dengan Cinta




Sahabat,
Jika kita hanya ingin bersahabat dengan orang-orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, niscaya kita tidak akan pernah menemukan seorang sahabatpun.

Sungguh, sahabat-sahabat kita adalah manusia biasa. Mereka juga berproses menjadi untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari, sama seperti kita. Bisa jadi, dalam perjalanan hidup ini, mereka mengecewakan kita. Mereka mungkin tidak seperti yang kita harapkan. Mereka adalah manusia-manusia yang juga terbuat dari tanah lempung sama dengan kita. Sungguh, manusia bukanlah malaikat-malaikat bersayap nan suci dan bersih dari segala kesalahan.

Bukankah para Nabi juga pernah melakukan kesalahan? Nabi Adam melanggar larangan Allah SWT untuk mendekati, apalagi menyentuh dan memakan, buah Khuldi. Nabi Adam lalu bertaubat mengakui kesalahannya, seraya mengakui dengan tulus bahwa dia telah berbuat zalim. Nabi Yunus meninggalkan tanggung jawab beliau berdakwah di Kota Ninive sehingga beliau dihukum dengan cara ditelan paus raksasa.

Sahabat,
Mungkin diantara kita ada yang bertanya, betapa enaknya mereka yang sudah melakukan kesalahan dimaafkan begitu saja. Sepintas memang begitu, namun sesungguhnya memaafkan itu adalah demi kebaikan diri kita sendiri.

Setidaknya ada 3 alasan memaafkan:

1. Ke-ikhsan-an Allah SWT:

kita ingin agar Allah SWT berbuat ikhsan pada kita, bukan sekedar adil. Ikhsan dalam bahasa Arab adalah kebaikan yang paling tinggi, yaitu berbuat baik kepada orang-orang yang sesungguhnya tidak pantas kita beri kebaikan, seperti orang yang zalim pada kita.

Jika keadilanNya ditegakkan, habislah kita semua masuk ke dalam Neraka, tidak ada diantara kita yang bakal bisa masuk surga. Bukan tidak mungkin, adanya orang-orang yang zalim pada kita itulah peluang kita berbuat baik bahkan pada mereka, agar Allah SWT berkenan memberi kepada kita balasan yang lebih baik daripada yang pantas kita dapat dengan amal sholeh kita selama ini.

2.Ketidaksempurnaan kita sendiri:

kita juga seringkali melakukan dosa dan kesalahan, kita perlu pengampunan. Jiwa manusia berkembang dari kanak-kanak menuju kedewasaan. dalam perjalanan itu, banyak kesalahan yang kita lakukan baik karena kelemahan manusiawi kita atau kurangnya kedewasaan karakter yang kita miliki. Steven Covey mendefinisikan kematangan sebagai keseimbangan antara keberanian dan tenggang rasa.

3. Demi kebaikan diri kita sendiri:

Bryan Tracy dalam buku Change your thinking change your life mengatakan bahwa suatu penjara memerlukan 2 macam orang, penghuni dan penjaga penjara. Apabila seseorang tidak memaafkan orang lain yang bersalah padanya, dia bagaikan penjaga penjara yang terpaksa menjaga tahanan yang seharusnya dia lepaskan sejak dulu. Sungguh sangat disayangkan, hidup yang hanya sekali dan sebentar ini disia-siakan hanya untuk hal seperti itu.

Tentu saja masih banyak alasan untuk tetap memaafkan mereka yang bersalah pada kita, namun ketiga alasan di atas cukup kiranya memotivasi kita untuk belajar memaafkan orang lain.

Sahabat,
Ujian persahabatan adalah menerima sahabat tersebut apa adanya, tidak menuntutnya untuk berubah. Inilah yang oleh Erich Fromm dalam The Art of Loving disebut sebagai Respect atau penghormatan, salah satu unsur terpenting dalam seni Mencintai. Meminta maaf dan memaafkan adalah bagian penting dari respect atau penghormatan tersebut.

Sahabat-sahabat kita bukanlah orang-orang yang sempurna, kita ada di dunia ini untuk menyayangi dan memberkahi mereka dengan cinta yang sempurna, cinta yang lebih banyak memberi dan memahami, cinta yang tidak menuntut balasan apa-apa. Cinta seperti ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah mampu berada dalam Modus Menjadi atau Being Mode, yaitu mereka yang mengidentifikasi diri dari apa yang mereka lakukan, bukan apa yang mereka miliki. Mode ini bertentangan dengan Having Mode, yaitu orang-orang yang mengidentifikasi diri dengan apa-apa yang mereka miliki. Lagipula, bagi kita orang-orang beragama, sudah jelas dalam keyakinan kita bahwa segala seuatu adalah milik Allah SWT, kita sesungguhnya tidak punya apa-apa dan tidak pernah pula memiliki apapun juga. Kita hanya diberi amanah, tidak lebih dari itu.

Memang, ada kalanya orang yang kita mintakan maaf itu tidak mau memaafkan kita. Tentu saja kita tidak harus memohon sampai menyembah-menyembah dan mengeluarkan air mata darah. Namun, secara diam-diam kita dapat terus menerus meningkatkan kemuliaan karakter dan tingkat kompetensi kita. Kita tetap belajar dari kesalahan-kesalahan kita.

walaupun ada yang enggan memaafkan kita, namun dia juga berhak mendapatkan keberkahan dari keberadaan kita. Walaupun mungkin dia tidak mengetahuinya, walaupun dia tidak peduli pada kita.

Aku tahu aku yang bersalah
aku tahu engkau belum mau memaafkanku
namun aku tetap mengambil pelajaran dari semua ini
sungguh, jasamu sangat besar dalam perkembangan diriku
Engkau adalah orang yang diutus untuk memperbaiki diriku
Aku berjanji jika suatu saat kita bertemu lagi,
aku sudah menjadi orang yang lebih baik daripada diriku sekarang ini

Terima kasih, engkau tetap sahabatku



"Allah SWT will never answer any prayer started with "why ........." but He will answer any prayer started with "How .........." and He will answer them, not through words, but miracles"

semoga bermanfaat,

Muhammad Nahar, SEFTer angkatan 49

Tidak ada komentar:

Posting Komentar